BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari- hari manusia pasti
tidak luput dari kegiatan ekonomi, namun masih banyak yang belum mengetahui
transaksi ekonomi apa yang di lakukan. Karna masih banyak orang yang tidak
dapat membedakan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam. Oleh
karna itu makalah ini di buat untuk sedikit menjelaskan perbedaan system ekonomi
islam dengan system ekonomi non islam seperti ekonomi konvensional, ekonomi
kapitalis, dan ekonomi sosialis.
BAB
II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN
SYSTEM EKONOMI ISLAM DENGAN SYSTEM EKONOMI LAIN
A.
System Ekonomi Islam Dan Sistem Ekonomi
Konvensional
Sistem ekonomi
Islam dan ekonomi Konvensional, ekonomi kapitalis,
dan ekonomi sosialis sangatlah berbeda.Perbedaan tersebut dikarenakan oleh
perbedaan nilai-nilai yang mendasarinya.Perbedaan tersebut baik terletak dalam
konsep maupun implementasinya dilapangan. Perbedaan aktivitas ekonomi islam
dengan aktivitas ekonomi konvensional (sekuler), dapat digambarkan dalam skema
seperti dibawah ini:

Gambar diatas menunjukkan Skema lingkaran aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional.
Ekonomi Islam tidak hanya mempelajari
Individu sebagai mahluk sosial melainkan juga manusia sebagai mahluk yang
religius, sedangkan dalam ekonomi konvebsional manusia sebagai mahluk sosial
yang lebih mengedepankan kepentingan dan kepuasan maksimum sebagai mahluk
individu.
Pada ekonomi Islam kebutuhan dan keinginan
dibedakan.Manusia dalam kehidupanya dihadapkan pada kebutuhannya yang terbatas
tetapi keinginannya memang tidak terbatas. Kebutuhan dan keunginan tersebut
dihadapkan pada sumber daya untuk memenuhi yang bersifat langka dan bersifat
alternatif.Tentang kelangkaan kelangkaan sumber daya ini telah disebutkan dal
AlQuran surat Al baqarah ayat 155-157 sebagai berikut:
"Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar genbira kepada
orang-orang yang sabar;155.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, "Innaa ilaihi raaji' uun"156.Mereka itulah yan
mendapatka keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.157(Al Baqarah
155-157).
Mengapa Allah mengingatkan kepada manusia
ancaman kelangkaan tersebut agar manusia tidak melampaui batas dalam memenuhi
kebutuhannya ,seperti disebutkan dalam Asy Syuura ayat 27:
"Dan
jikalau Allah melapangkan rezeki kepada haba-hamba Nya tentulah ereka akan
melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki Nya
dengan ukuran.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba Nya lagi
Maha Melihat"(QS Asy Syuuraa:27).
Tetapi manusia tidak perlu khawatir denga
kelangkaan sumber daya tersebut karena sumber penghidupan atau rezeki bagi
manusia selalu dijamin oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ar Rum ayat 40.Ayat ini dapat diartikan bahwa setiap manusia dan
mahluk lainnya selalu dijamin rezekinya. Dalam ekonomi konvensional kebutuhan
dan keinginan tidak dibedakan, diman keduanya bersifat tidak terbatas.Manusia
dihadapkan pada keterbatasan dan kelangkaan sumber daya untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya tersebut.Dengan demikian jelaslah ekonomi Islam
membedakan kebutuhan dan keinginan.
Sepintas lalu mungkin tiada beda, namun jika didalami lebih
jauh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Untuk mencari tahu akan hal
itu dapat dimulai dengan membandingkan prinsip-prinsip dasar keduanya,
kira-kira di mana persamaan dan perbedaannya.
Jika dipetakan, semua modus ekonomi yang berlaku dalam
ekonomi konvensional juga berlaku dalam ekonomi syariah, kecuali sekurangnya
dalam tiga ranah berikut ini.
Pertama, dari
sisi aktor, ekonomi konvensional dan ekonomi syariah sama-sama digerakkan oleh
aktivitas social, namun bedanya ekonomi syariah mempersepsikan transaksi
perekonomian juga sebagai bentuk ekspresi keagamaan atau wujud religiositas.
Artinya teori-teori perekonomian dideduksi pula dari wahyu, bukan berasal dari
pemikiran manusia semata. Sedangkan ekonomi konvensional jelas menafikan anasir
keilahian dalam modus perekonomian.
Kedua, ekonomi
syariah mengandaikan peran Negara sebagai wasit yang adil. Negara dapat, bahkan
harus mengintervensi pasar manakala ada ketidakseimbangan distribusi kekayaan
dan sumber daya kesejahteraan, dan pada kali lain harus menarik diri dari pasar
jika menghasilkan efek yang kontraproduktif. Sementara ekonomi konvensional
cenderung menharamkan intervensi Negara tersebut, karena pemerataan dan
keseimbangan ekonomi diserahkan pada apa yang dinamakan sebagai mekanisme
pasar (invisible hand).
Ketiga, ekonomi
konvensional membebaskan setiap orang untung mencari keuntungan dengan cara dan
sebanyak apa pun hingga tak terbatas. Sedang ekonomi syariah hanya mengakui
motif pencarian keuangan secara halal, juga memagari secara etis komoditas
ekonomi yang bersifat halal. Komoditas yang haram seperti minuman keras,
keuntungan judi, dan yang semacamnya mutlak tidak dibolehkan.
Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:
Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:
Pertama, Nabi
Muhammad SAW mengajarkan bahwa berbisnis bukan semata-mata mencari penghidupan
yang lebih layak di dunia, tetapi merupakan sarana beribadah kepada Allah SWT,
yang tentu saja hasilnya akan dipetik di akhirat nanti.
Kedua, bisnis
harus didasari kejujuran dan keadaan saling kepercayaan. Dengan kejujuran,
kepercayaan akan tumbuh, dan dengannya bisnis akan berjangka panjang. Hal ini
pun sebenarnya menjadi kunci dalam ekonomi konvensional, di mana kepercayaan (trust)
menjadi hokum tak tertulis dalam setiap transaksi bisnis. Bedanya, ekonomi
syariah sudah mempersyaratkan hal ini sebelum, saat, dan setelah transaksi
dilakukan.
Ketiga, bisnis
harus mempertimbangkan jangkauan masa depan umat ke depan, dilakukan secara
kreatif, dan teruji dalam setiap perubahan. Etos ini diturunkan dari
sikap setiap Muslim yang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT.
Keempat, bisnis
harus dimulai lewat perencanaan dan tujuan yang jelas. Nabi Muhammad SAW selalu
merencanakan pekerjaan dengan baik dan melakukannya dengan ketekunan, keuletan
dan kecerdasan sehingga beliau tampil sebagai pebisnis yang sangat sukses.
Tentu banyak yang sudah mendengar bahwa ketika beliau menikahi Siti Khadijah,
ratusan ekor unta termasuk dalam mahar yang beliau berikan kepada istrinya itu.
Kelima,
memperlakukan karyawan dengan manusiawi. Dalam salah satu hadisnya, Nabi
Muhammad SAW mengecam siapa saja yang menunda-nunda gaji karyawannya. Beliau
memerintahkan agar membayar gaji karyawan sebelum keringat mereka kering.
Keenam, Nabi
Mummad SAW mencontohkan perlunya sinergi dalam bisnis. Sebuah bisnis mungkin
bias dijalankan dengan kekuatan modal sendiri, tetapi tentu akan lebih besar
keuntungan yang didapat jika ada sinergi dengan pihak lain. Beliau cukup lama
bekerja sama dengan Siti Khadijah dalam menjalankan bisnis, dan kerja sama itu
menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan usaha yang jauh lebih cepat.
Ketujuh,
menanamkan kasih sayang dan cinta dalam manajemen usaha, sehingga tidak ada
yang terpaksa dalam menjalankan usaha. Dengan kecintaan, usaha dapat dilakukan
lebih total dan segala kemampuan yang dimiliki dapat dioptimalkan.
Kedelapan,
setiap usaha tidak boleh melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, sebab Dia yang
telah meberikan segala karunia yang ada di dunia ini. Rasa syukur ini harus
berbuah dalam bentuk ketakwaan kepada-Nya, sehingga semakin sukses usaha yang
dijalani, justru semakin berlipat ibadah kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.
Kesembilan,
usaha dan keuntungannya harus bermanfaat bagi orang banyak. Islam telah
menggariskan bahwa sepaling baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat
bagi sesamanya. Berpijak dari hal ini, usaha dan keuntungannya harus
didistribusikan kepada pihak lain, entah itu dalam bentuk zakat, infak, maupun
sedekah. Dalam konteks sekarang dikenal istilah Corporate Social
Responsibility (CSR), yang juga berpijak pada asas kemanfaatan usaha.
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perbedaan antara
modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional untuk sekadar menjawab pernyataan
bernada peyoratif yang mengatakan bahwa ekonomi syariah sebenarnya ekonomi
konvensional yang diberi baju Islam. Namun, dari pemaparan singkat di atas akan
kentara paradigma ekonomi keduanya sangat jauh berbeda.
B.
System Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme
adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap
orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang,
manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini
pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan
keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga
pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
Dalam
perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai
dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh
laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan
persaingan bebas dengan berbagai cara.
C. System Ekonomi Sosialis
Sosialisme
adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur
tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata
kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik,
telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.
Dalam
sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan
dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur
berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
D. 5 Aspek Perbedaan Ekonomi Islam dengan non-Islam
Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan
tersebut, tentu saja tidak bisa dilakukan sembarangan dan sekehendak manusia
itu sendiri. Sebab, kita mengakui bahwa tiap insan dianugerahi hawa nafsu, yang
jika tidak dikendalikan maka dapat membawa kerusakan, baik kepada lingkungan maupun
manusia itu sendiri. Karena itu, keberadaan suatu sistem yang mengatur
bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya mutlak diperlukan.
Berbagai permasalahan ekonomi yang dialami oleh manusia,
hanya dapat diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianutnya. Sistem
ekonomi yaitu seperangkat aturan dan cara yang terpadu yang menjadi satu
kesatuan dan digunakan dalam mencapai tujuan dalam perekonomian. Saat ini, kita
melihat bahwa terdapat banyak jenis sistem perekonomian yang dianut oleh suatu
negara. Namun, yang paling menonjol adalah sistem ekonomi kapitalisme dan
sosialisme. Sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem ekonomi sosialisme mulai
kehilangan eksistensinya. Dunia pun dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalisme.
Sebenarnya, kedua sistem tersebut sama-sama tidak dapat
membawa kesejahteraan bagi umat manusia, karena keduanya adalah hasil kreasi
dari manusia itu sendiri dengan segala keterbatasannya. Bisa kita lihat
berbagai kerusakan yang ditimbulkannya. Di berbagai belahan dunia banyak orang
hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan sebagian kacil lainnya hidup
berlimpah harta. Beralih dari sosialisme ke kapitalisme ibaratnya keluar dari
kandang singa masuk ke lubang buaya. Sama-sama celaka.
Sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme tersebut ialah
dua contoh dari sistem ekonomi non-Islam. Islam mengatur manusia dalam segala
aspek kehidupannya, termasuk dalam hal perekonomian. Allah SWT sebagai yang
menciptakan tentu tahu benar bagaimana cara membuat manusia tersebut sejahtera,
yaitu dengan Islam. Dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah SWT
Menganugerahkan pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah agar
manusia-manusia ciptaan-Nya terarah dalam menjalani bahtera ujian kehidupan.
Dalam berekonomi pun, umat Islam harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
Allah SWT, agar selamat dunia akhirat.
Terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dan
non-Islam. Di antaranya ialah dalam lima aspek berikut:
1. Sumber
Sistem ekonomi Islam bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah,
Ijma, Ijtihad, dan Qiyas. Jadi rujukan utamanya ialah Al-Quran. Jika tidak
ditemukan solusi atas permasalahan manusia di dalam Al-Quran, kita beralih pada
As-Sunnah yang tentunya sejalan dengan Al-Quran. Jika tidak terdapat pada
As-Sunnah, maka merujuk pada kesepakatan para ulama (Ijma), dan seterusnya.
Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan suatu hukum tersebut harus
dilakukan dengan sistematis dan sangat hati-hati.
Sedangkan sistem ekonomi non-Islam bersumber dari akal
pikiran manusia yang notabene memiliki keterbatasan. Dengan keterbatasan yang
dimilikinya, tentu sistem yang dibuat oleh manusia juga tidak lepas dari
keterbatasan.
2. Filosofi
Ditinjau dari aspek filosofi, Islam memandang manusia
sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah di muka bumi (khalifatullah),
yang dibebankan amanah untuk berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan
manusia dan kemakmuran alan. Alam adalah penopang manusia dan seluruh alam
semesta adalah kepunyaan Allah, karenanya harus dimanfaatkan dan dirawat dengan
baik. Seluruh kehidupan, termasuk dalam berekonomi berpusat pada Allah
(Ilahiyyah).
Berbeda dengan sistem ekonomi non-Islam yang memandang
manusia sebagai pusat alam semesta dan alam sebagai alat eksploitasi manusia.
Sekalipun merusak alam, apapun dilakukan asal kebutuhan manusia terpenuhi.
Menurut sistem ini, Tuhan tidak berkaitan dengan kehidupan ekonomi.
3. Motif
Perbedaan yang ketiga, yaitu motif. Motif sistem ekonomi
Islam ialah ibadah, sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku."
(Az-Zariyat, 51-56)
Secara bahasa, ibadah berarti merendahkan diri dan
tunduk. Secara istilah, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah meliputi
segala perbuatan dan perkataan; zhahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai
oleh Allah Ta'ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah
hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. jadi, dalam berekonomi pun harus
dilakukan dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam, motifnya hanya
terbatas pada memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi, sementara urusan
akhirat dikesampingkan.
4. Pandangan
terhadap harta
Kemudian ditinjau dari aspek pandangan terhadap harta.
Islam memandang harta sebagai perhiasan dunia dan ujian:
Sedangkan sistem ekonomi non-islam memandang harta
sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan tanda kesuksesan. Seseorang dipandang
sukses apabila telah kaya raya. Padahal kesuksesan tidak bisa dinilai dari
materi semata.
5. Perilaku
konsumsi, distribusi, dan produksi
Perbedaan selanjutnya yaitu dari segi perilaku konsumsi,
distribusi, dan produksi. Dalam sistem ekonomi Islam, konsumsi tidak boleh
berlebihan, secukupnya, dan seimbang, Distribusi dilakukan dengan adil dan
merata, menjamin terpenuhinya kebutuhan kaum tidak berpunya, dan produksi
berorientasi pada kuantitas dan kualitas dengan batasan.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam berorientais
pada kuantitas dan kualitas tanpa batasan, asal dapat menghasilkan keuntungan
sebesar-besarnya. Tidak peduli jika dari sana ada pihak yang terzalimi.
Setelah melihat perbedaan dari berbagai aspek antara
sistem ekonomi Islam dan non-Islam yang dipaparkan di atas, secara akal sehat
sistem ekonomi non-Islam jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem ekonomi
non-Islam. Tinggal manusia yang memilih, mana yang akan dijalankannya.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem
ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun
komunis.
Ekonomi
syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat
bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis
yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang
ekstrim.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari- hari manusia pasti
tidak luput dari kegiatan ekonomi, namun masih banyak yang belum mengetahui
transaksi ekonomi apa yang di lakukan. Karna masih banyak orang yang tidak
dapat membedakan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam. Oleh
karna itu makalah ini di buat untuk sedikit menjelaskan perbedaan system ekonomi
islam dengan system ekonomi non islam seperti ekonomi konvensional, ekonomi
kapitalis, dan ekonomi sosialis.
BAB
II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN
SYSTEM EKONOMI ISLAM DENGAN SYSTEM EKONOMI LAIN
A.
System Ekonomi Islam Dan Sistem Ekonomi
Konvensional
Sistem ekonomi
Islam dan ekonomi Konvensional, ekonomi kapitalis,
dan ekonomi sosialis sangatlah berbeda.Perbedaan tersebut dikarenakan oleh
perbedaan nilai-nilai yang mendasarinya.Perbedaan tersebut baik terletak dalam
konsep maupun implementasinya dilapangan. Perbedaan aktivitas ekonomi islam
dengan aktivitas ekonomi konvensional (sekuler), dapat digambarkan dalam skema
seperti dibawah ini:

Gambar diatas menunjukkan Skema lingkaran aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional.
Ekonomi Islam tidak hanya mempelajari
Individu sebagai mahluk sosial melainkan juga manusia sebagai mahluk yang
religius, sedangkan dalam ekonomi konvebsional manusia sebagai mahluk sosial
yang lebih mengedepankan kepentingan dan kepuasan maksimum sebagai mahluk
individu.
Pada ekonomi Islam kebutuhan dan keinginan
dibedakan.Manusia dalam kehidupanya dihadapkan pada kebutuhannya yang terbatas
tetapi keinginannya memang tidak terbatas. Kebutuhan dan keunginan tersebut
dihadapkan pada sumber daya untuk memenuhi yang bersifat langka dan bersifat
alternatif.Tentang kelangkaan kelangkaan sumber daya ini telah disebutkan dal
AlQuran surat Al baqarah ayat 155-157 sebagai berikut:
"Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar genbira kepada
orang-orang yang sabar;155.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, "Innaa ilaihi raaji' uun"156.Mereka itulah yan
mendapatka keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.157(Al Baqarah
155-157).
Mengapa Allah mengingatkan kepada manusia
ancaman kelangkaan tersebut agar manusia tidak melampaui batas dalam memenuhi
kebutuhannya ,seperti disebutkan dalam Asy Syuura ayat 27:
"Dan
jikalau Allah melapangkan rezeki kepada haba-hamba Nya tentulah ereka akan
melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki Nya
dengan ukuran.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba Nya lagi
Maha Melihat"(QS Asy Syuuraa:27).
Tetapi manusia tidak perlu khawatir denga
kelangkaan sumber daya tersebut karena sumber penghidupan atau rezeki bagi
manusia selalu dijamin oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ar Rum ayat 40.Ayat ini dapat diartikan bahwa setiap manusia dan
mahluk lainnya selalu dijamin rezekinya. Dalam ekonomi konvensional kebutuhan
dan keinginan tidak dibedakan, diman keduanya bersifat tidak terbatas.Manusia
dihadapkan pada keterbatasan dan kelangkaan sumber daya untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya tersebut.Dengan demikian jelaslah ekonomi Islam
membedakan kebutuhan dan keinginan.
Sepintas lalu mungkin tiada beda, namun jika didalami lebih
jauh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Untuk mencari tahu akan hal
itu dapat dimulai dengan membandingkan prinsip-prinsip dasar keduanya,
kira-kira di mana persamaan dan perbedaannya.
Jika dipetakan, semua modus ekonomi yang berlaku dalam
ekonomi konvensional juga berlaku dalam ekonomi syariah, kecuali sekurangnya
dalam tiga ranah berikut ini.
Pertama, dari
sisi aktor, ekonomi konvensional dan ekonomi syariah sama-sama digerakkan oleh
aktivitas social, namun bedanya ekonomi syariah mempersepsikan transaksi
perekonomian juga sebagai bentuk ekspresi keagamaan atau wujud religiositas.
Artinya teori-teori perekonomian dideduksi pula dari wahyu, bukan berasal dari
pemikiran manusia semata. Sedangkan ekonomi konvensional jelas menafikan anasir
keilahian dalam modus perekonomian.
Kedua, ekonomi
syariah mengandaikan peran Negara sebagai wasit yang adil. Negara dapat, bahkan
harus mengintervensi pasar manakala ada ketidakseimbangan distribusi kekayaan
dan sumber daya kesejahteraan, dan pada kali lain harus menarik diri dari pasar
jika menghasilkan efek yang kontraproduktif. Sementara ekonomi konvensional
cenderung menharamkan intervensi Negara tersebut, karena pemerataan dan
keseimbangan ekonomi diserahkan pada apa yang dinamakan sebagai mekanisme
pasar (invisible hand).
Ketiga, ekonomi
konvensional membebaskan setiap orang untung mencari keuntungan dengan cara dan
sebanyak apa pun hingga tak terbatas. Sedang ekonomi syariah hanya mengakui
motif pencarian keuangan secara halal, juga memagari secara etis komoditas
ekonomi yang bersifat halal. Komoditas yang haram seperti minuman keras,
keuntungan judi, dan yang semacamnya mutlak tidak dibolehkan.
Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:
Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:
Pertama, Nabi
Muhammad SAW mengajarkan bahwa berbisnis bukan semata-mata mencari penghidupan
yang lebih layak di dunia, tetapi merupakan sarana beribadah kepada Allah SWT,
yang tentu saja hasilnya akan dipetik di akhirat nanti.
Kedua, bisnis
harus didasari kejujuran dan keadaan saling kepercayaan. Dengan kejujuran,
kepercayaan akan tumbuh, dan dengannya bisnis akan berjangka panjang. Hal ini
pun sebenarnya menjadi kunci dalam ekonomi konvensional, di mana kepercayaan (trust)
menjadi hokum tak tertulis dalam setiap transaksi bisnis. Bedanya, ekonomi
syariah sudah mempersyaratkan hal ini sebelum, saat, dan setelah transaksi
dilakukan.
Ketiga, bisnis
harus mempertimbangkan jangkauan masa depan umat ke depan, dilakukan secara
kreatif, dan teruji dalam setiap perubahan. Etos ini diturunkan dari
sikap setiap Muslim yang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT.
Keempat, bisnis
harus dimulai lewat perencanaan dan tujuan yang jelas. Nabi Muhammad SAW selalu
merencanakan pekerjaan dengan baik dan melakukannya dengan ketekunan, keuletan
dan kecerdasan sehingga beliau tampil sebagai pebisnis yang sangat sukses.
Tentu banyak yang sudah mendengar bahwa ketika beliau menikahi Siti Khadijah,
ratusan ekor unta termasuk dalam mahar yang beliau berikan kepada istrinya itu.
Kelima,
memperlakukan karyawan dengan manusiawi. Dalam salah satu hadisnya, Nabi
Muhammad SAW mengecam siapa saja yang menunda-nunda gaji karyawannya. Beliau
memerintahkan agar membayar gaji karyawan sebelum keringat mereka kering.
Keenam, Nabi
Mummad SAW mencontohkan perlunya sinergi dalam bisnis. Sebuah bisnis mungkin
bias dijalankan dengan kekuatan modal sendiri, tetapi tentu akan lebih besar
keuntungan yang didapat jika ada sinergi dengan pihak lain. Beliau cukup lama
bekerja sama dengan Siti Khadijah dalam menjalankan bisnis, dan kerja sama itu
menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan usaha yang jauh lebih cepat.
Ketujuh,
menanamkan kasih sayang dan cinta dalam manajemen usaha, sehingga tidak ada
yang terpaksa dalam menjalankan usaha. Dengan kecintaan, usaha dapat dilakukan
lebih total dan segala kemampuan yang dimiliki dapat dioptimalkan.
Kedelapan,
setiap usaha tidak boleh melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, sebab Dia yang
telah meberikan segala karunia yang ada di dunia ini. Rasa syukur ini harus
berbuah dalam bentuk ketakwaan kepada-Nya, sehingga semakin sukses usaha yang
dijalani, justru semakin berlipat ibadah kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.
Kesembilan,
usaha dan keuntungannya harus bermanfaat bagi orang banyak. Islam telah
menggariskan bahwa sepaling baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat
bagi sesamanya. Berpijak dari hal ini, usaha dan keuntungannya harus
didistribusikan kepada pihak lain, entah itu dalam bentuk zakat, infak, maupun
sedekah. Dalam konteks sekarang dikenal istilah Corporate Social
Responsibility (CSR), yang juga berpijak pada asas kemanfaatan usaha.
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perbedaan antara
modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional untuk sekadar menjawab pernyataan
bernada peyoratif yang mengatakan bahwa ekonomi syariah sebenarnya ekonomi
konvensional yang diberi baju Islam. Namun, dari pemaparan singkat di atas akan
kentara paradigma ekonomi keduanya sangat jauh berbeda.
B.
System Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme
adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap
orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang,
manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini
pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan
keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga
pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
Dalam
perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai
dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh
laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan
persaingan bebas dengan berbagai cara.
C. System Ekonomi Sosialis
Sosialisme
adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur
tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata
kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik,
telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.
Dalam
sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan
dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur
berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
D. 5 Aspek Perbedaan Ekonomi Islam dengan non-Islam
Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan
tersebut, tentu saja tidak bisa dilakukan sembarangan dan sekehendak manusia
itu sendiri. Sebab, kita mengakui bahwa tiap insan dianugerahi hawa nafsu, yang
jika tidak dikendalikan maka dapat membawa kerusakan, baik kepada lingkungan maupun
manusia itu sendiri. Karena itu, keberadaan suatu sistem yang mengatur
bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya mutlak diperlukan.
Berbagai permasalahan ekonomi yang dialami oleh manusia,
hanya dapat diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianutnya. Sistem
ekonomi yaitu seperangkat aturan dan cara yang terpadu yang menjadi satu
kesatuan dan digunakan dalam mencapai tujuan dalam perekonomian. Saat ini, kita
melihat bahwa terdapat banyak jenis sistem perekonomian yang dianut oleh suatu
negara. Namun, yang paling menonjol adalah sistem ekonomi kapitalisme dan
sosialisme. Sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem ekonomi sosialisme mulai
kehilangan eksistensinya. Dunia pun dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalisme.
Sebenarnya, kedua sistem tersebut sama-sama tidak dapat
membawa kesejahteraan bagi umat manusia, karena keduanya adalah hasil kreasi
dari manusia itu sendiri dengan segala keterbatasannya. Bisa kita lihat
berbagai kerusakan yang ditimbulkannya. Di berbagai belahan dunia banyak orang
hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan sebagian kacil lainnya hidup
berlimpah harta. Beralih dari sosialisme ke kapitalisme ibaratnya keluar dari
kandang singa masuk ke lubang buaya. Sama-sama celaka.
Sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme tersebut ialah
dua contoh dari sistem ekonomi non-Islam. Islam mengatur manusia dalam segala
aspek kehidupannya, termasuk dalam hal perekonomian. Allah SWT sebagai yang
menciptakan tentu tahu benar bagaimana cara membuat manusia tersebut sejahtera,
yaitu dengan Islam. Dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah SWT
Menganugerahkan pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah agar
manusia-manusia ciptaan-Nya terarah dalam menjalani bahtera ujian kehidupan.
Dalam berekonomi pun, umat Islam harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
Allah SWT, agar selamat dunia akhirat.
Terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dan
non-Islam. Di antaranya ialah dalam lima aspek berikut:
1. Sumber
Sistem ekonomi Islam bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah,
Ijma, Ijtihad, dan Qiyas. Jadi rujukan utamanya ialah Al-Quran. Jika tidak
ditemukan solusi atas permasalahan manusia di dalam Al-Quran, kita beralih pada
As-Sunnah yang tentunya sejalan dengan Al-Quran. Jika tidak terdapat pada
As-Sunnah, maka merujuk pada kesepakatan para ulama (Ijma), dan seterusnya.
Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan suatu hukum tersebut harus
dilakukan dengan sistematis dan sangat hati-hati.
Sedangkan sistem ekonomi non-Islam bersumber dari akal
pikiran manusia yang notabene memiliki keterbatasan. Dengan keterbatasan yang
dimilikinya, tentu sistem yang dibuat oleh manusia juga tidak lepas dari
keterbatasan.
2. Filosofi
Ditinjau dari aspek filosofi, Islam memandang manusia
sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah di muka bumi (khalifatullah),
yang dibebankan amanah untuk berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan
manusia dan kemakmuran alan. Alam adalah penopang manusia dan seluruh alam
semesta adalah kepunyaan Allah, karenanya harus dimanfaatkan dan dirawat dengan
baik. Seluruh kehidupan, termasuk dalam berekonomi berpusat pada Allah
(Ilahiyyah).
Berbeda dengan sistem ekonomi non-Islam yang memandang
manusia sebagai pusat alam semesta dan alam sebagai alat eksploitasi manusia.
Sekalipun merusak alam, apapun dilakukan asal kebutuhan manusia terpenuhi.
Menurut sistem ini, Tuhan tidak berkaitan dengan kehidupan ekonomi.
3. Motif
Perbedaan yang ketiga, yaitu motif. Motif sistem ekonomi
Islam ialah ibadah, sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku."
(Az-Zariyat, 51-56)
Secara bahasa, ibadah berarti merendahkan diri dan
tunduk. Secara istilah, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah meliputi
segala perbuatan dan perkataan; zhahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai
oleh Allah Ta'ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah
hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. jadi, dalam berekonomi pun harus
dilakukan dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam, motifnya hanya
terbatas pada memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi, sementara urusan
akhirat dikesampingkan.
4. Pandangan
terhadap harta
Kemudian ditinjau dari aspek pandangan terhadap harta.
Islam memandang harta sebagai perhiasan dunia dan ujian:
Sedangkan sistem ekonomi non-islam memandang harta
sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan tanda kesuksesan. Seseorang dipandang
sukses apabila telah kaya raya. Padahal kesuksesan tidak bisa dinilai dari
materi semata.
5. Perilaku
konsumsi, distribusi, dan produksi
Perbedaan selanjutnya yaitu dari segi perilaku konsumsi,
distribusi, dan produksi. Dalam sistem ekonomi Islam, konsumsi tidak boleh
berlebihan, secukupnya, dan seimbang, Distribusi dilakukan dengan adil dan
merata, menjamin terpenuhinya kebutuhan kaum tidak berpunya, dan produksi
berorientasi pada kuantitas dan kualitas dengan batasan.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam berorientais
pada kuantitas dan kualitas tanpa batasan, asal dapat menghasilkan keuntungan
sebesar-besarnya. Tidak peduli jika dari sana ada pihak yang terzalimi.
Setelah melihat perbedaan dari berbagai aspek antara
sistem ekonomi Islam dan non-Islam yang dipaparkan di atas, secara akal sehat
sistem ekonomi non-Islam jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem ekonomi
non-Islam. Tinggal manusia yang memilih, mana yang akan dijalankannya.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem
ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun
komunis.
Ekonomi
syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat
bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis
yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang
ekstrim.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari- hari manusia pasti
tidak luput dari kegiatan ekonomi, namun masih banyak yang belum mengetahui
transaksi ekonomi apa yang di lakukan. Karna masih banyak orang yang tidak
dapat membedakan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam. Oleh
karna itu makalah ini di buat untuk sedikit menjelaskan perbedaan system ekonomi
islam dengan system ekonomi non islam seperti ekonomi konvensional, ekonomi
kapitalis, dan ekonomi sosialis.
BAB
II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN
SYSTEM EKONOMI ISLAM DENGAN SYSTEM EKONOMI LAIN
A.
System Ekonomi Islam Dan Sistem Ekonomi
Konvensional
Sistem ekonomi
Islam dan ekonomi Konvensional, ekonomi kapitalis,
dan ekonomi sosialis sangatlah berbeda.Perbedaan tersebut dikarenakan oleh
perbedaan nilai-nilai yang mendasarinya.Perbedaan tersebut baik terletak dalam
konsep maupun implementasinya dilapangan. Perbedaan aktivitas ekonomi islam
dengan aktivitas ekonomi konvensional (sekuler), dapat digambarkan dalam skema
seperti dibawah ini:

Gambar diatas menunjukkan Skema lingkaran aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional.
Ekonomi Islam tidak hanya mempelajari
Individu sebagai mahluk sosial melainkan juga manusia sebagai mahluk yang
religius, sedangkan dalam ekonomi konvebsional manusia sebagai mahluk sosial
yang lebih mengedepankan kepentingan dan kepuasan maksimum sebagai mahluk
individu.
Pada ekonomi Islam kebutuhan dan keinginan
dibedakan.Manusia dalam kehidupanya dihadapkan pada kebutuhannya yang terbatas
tetapi keinginannya memang tidak terbatas. Kebutuhan dan keunginan tersebut
dihadapkan pada sumber daya untuk memenuhi yang bersifat langka dan bersifat
alternatif.Tentang kelangkaan kelangkaan sumber daya ini telah disebutkan dal
AlQuran surat Al baqarah ayat 155-157 sebagai berikut:
"Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar genbira kepada
orang-orang yang sabar;155.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan, "Innaa ilaihi raaji' uun"156.Mereka itulah yan
mendapatka keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.157(Al Baqarah
155-157).
Mengapa Allah mengingatkan kepada manusia
ancaman kelangkaan tersebut agar manusia tidak melampaui batas dalam memenuhi
kebutuhannya ,seperti disebutkan dalam Asy Syuura ayat 27:
"Dan
jikalau Allah melapangkan rezeki kepada haba-hamba Nya tentulah ereka akan
melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki Nya
dengan ukuran.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba Nya lagi
Maha Melihat"(QS Asy Syuuraa:27).
Tetapi manusia tidak perlu khawatir denga
kelangkaan sumber daya tersebut karena sumber penghidupan atau rezeki bagi
manusia selalu dijamin oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ar Rum ayat 40.Ayat ini dapat diartikan bahwa setiap manusia dan
mahluk lainnya selalu dijamin rezekinya. Dalam ekonomi konvensional kebutuhan
dan keinginan tidak dibedakan, diman keduanya bersifat tidak terbatas.Manusia
dihadapkan pada keterbatasan dan kelangkaan sumber daya untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya tersebut.Dengan demikian jelaslah ekonomi Islam
membedakan kebutuhan dan keinginan.
Sepintas lalu mungkin tiada beda, namun jika didalami lebih
jauh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Untuk mencari tahu akan hal
itu dapat dimulai dengan membandingkan prinsip-prinsip dasar keduanya,
kira-kira di mana persamaan dan perbedaannya.
Jika dipetakan, semua modus ekonomi yang berlaku dalam
ekonomi konvensional juga berlaku dalam ekonomi syariah, kecuali sekurangnya
dalam tiga ranah berikut ini.
Pertama, dari
sisi aktor, ekonomi konvensional dan ekonomi syariah sama-sama digerakkan oleh
aktivitas social, namun bedanya ekonomi syariah mempersepsikan transaksi
perekonomian juga sebagai bentuk ekspresi keagamaan atau wujud religiositas.
Artinya teori-teori perekonomian dideduksi pula dari wahyu, bukan berasal dari
pemikiran manusia semata. Sedangkan ekonomi konvensional jelas menafikan anasir
keilahian dalam modus perekonomian.
Kedua, ekonomi
syariah mengandaikan peran Negara sebagai wasit yang adil. Negara dapat, bahkan
harus mengintervensi pasar manakala ada ketidakseimbangan distribusi kekayaan
dan sumber daya kesejahteraan, dan pada kali lain harus menarik diri dari pasar
jika menghasilkan efek yang kontraproduktif. Sementara ekonomi konvensional
cenderung menharamkan intervensi Negara tersebut, karena pemerataan dan
keseimbangan ekonomi diserahkan pada apa yang dinamakan sebagai mekanisme
pasar (invisible hand).
Ketiga, ekonomi
konvensional membebaskan setiap orang untung mencari keuntungan dengan cara dan
sebanyak apa pun hingga tak terbatas. Sedang ekonomi syariah hanya mengakui
motif pencarian keuangan secara halal, juga memagari secara etis komoditas
ekonomi yang bersifat halal. Komoditas yang haram seperti minuman keras,
keuntungan judi, dan yang semacamnya mutlak tidak dibolehkan.
Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:
Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:
Pertama, Nabi
Muhammad SAW mengajarkan bahwa berbisnis bukan semata-mata mencari penghidupan
yang lebih layak di dunia, tetapi merupakan sarana beribadah kepada Allah SWT,
yang tentu saja hasilnya akan dipetik di akhirat nanti.
Kedua, bisnis
harus didasari kejujuran dan keadaan saling kepercayaan. Dengan kejujuran,
kepercayaan akan tumbuh, dan dengannya bisnis akan berjangka panjang. Hal ini
pun sebenarnya menjadi kunci dalam ekonomi konvensional, di mana kepercayaan (trust)
menjadi hokum tak tertulis dalam setiap transaksi bisnis. Bedanya, ekonomi
syariah sudah mempersyaratkan hal ini sebelum, saat, dan setelah transaksi
dilakukan.
Ketiga, bisnis
harus mempertimbangkan jangkauan masa depan umat ke depan, dilakukan secara
kreatif, dan teruji dalam setiap perubahan. Etos ini diturunkan dari
sikap setiap Muslim yang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT.
Keempat, bisnis
harus dimulai lewat perencanaan dan tujuan yang jelas. Nabi Muhammad SAW selalu
merencanakan pekerjaan dengan baik dan melakukannya dengan ketekunan, keuletan
dan kecerdasan sehingga beliau tampil sebagai pebisnis yang sangat sukses.
Tentu banyak yang sudah mendengar bahwa ketika beliau menikahi Siti Khadijah,
ratusan ekor unta termasuk dalam mahar yang beliau berikan kepada istrinya itu.
Kelima,
memperlakukan karyawan dengan manusiawi. Dalam salah satu hadisnya, Nabi
Muhammad SAW mengecam siapa saja yang menunda-nunda gaji karyawannya. Beliau
memerintahkan agar membayar gaji karyawan sebelum keringat mereka kering.
Keenam, Nabi
Mummad SAW mencontohkan perlunya sinergi dalam bisnis. Sebuah bisnis mungkin
bias dijalankan dengan kekuatan modal sendiri, tetapi tentu akan lebih besar
keuntungan yang didapat jika ada sinergi dengan pihak lain. Beliau cukup lama
bekerja sama dengan Siti Khadijah dalam menjalankan bisnis, dan kerja sama itu
menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan usaha yang jauh lebih cepat.
Ketujuh,
menanamkan kasih sayang dan cinta dalam manajemen usaha, sehingga tidak ada
yang terpaksa dalam menjalankan usaha. Dengan kecintaan, usaha dapat dilakukan
lebih total dan segala kemampuan yang dimiliki dapat dioptimalkan.
Kedelapan,
setiap usaha tidak boleh melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, sebab Dia yang
telah meberikan segala karunia yang ada di dunia ini. Rasa syukur ini harus
berbuah dalam bentuk ketakwaan kepada-Nya, sehingga semakin sukses usaha yang
dijalani, justru semakin berlipat ibadah kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.
Kesembilan,
usaha dan keuntungannya harus bermanfaat bagi orang banyak. Islam telah
menggariskan bahwa sepaling baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat
bagi sesamanya. Berpijak dari hal ini, usaha dan keuntungannya harus
didistribusikan kepada pihak lain, entah itu dalam bentuk zakat, infak, maupun
sedekah. Dalam konteks sekarang dikenal istilah Corporate Social
Responsibility (CSR), yang juga berpijak pada asas kemanfaatan usaha.
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perbedaan antara
modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional untuk sekadar menjawab pernyataan
bernada peyoratif yang mengatakan bahwa ekonomi syariah sebenarnya ekonomi
konvensional yang diberi baju Islam. Namun, dari pemaparan singkat di atas akan
kentara paradigma ekonomi keduanya sangat jauh berbeda.
B.
System Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme
adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap
orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang,
manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini
pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan
keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga
pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
Dalam
perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai
dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh
laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan
persaingan bebas dengan berbagai cara.
C. System Ekonomi Sosialis
Sosialisme
adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur
tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata
kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik,
telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.
Dalam
sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan
dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur
berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
D. 5 Aspek Perbedaan Ekonomi Islam dengan non-Islam
Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan
tersebut, tentu saja tidak bisa dilakukan sembarangan dan sekehendak manusia
itu sendiri. Sebab, kita mengakui bahwa tiap insan dianugerahi hawa nafsu, yang
jika tidak dikendalikan maka dapat membawa kerusakan, baik kepada lingkungan maupun
manusia itu sendiri. Karena itu, keberadaan suatu sistem yang mengatur
bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya mutlak diperlukan.
Berbagai permasalahan ekonomi yang dialami oleh manusia,
hanya dapat diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianutnya. Sistem
ekonomi yaitu seperangkat aturan dan cara yang terpadu yang menjadi satu
kesatuan dan digunakan dalam mencapai tujuan dalam perekonomian. Saat ini, kita
melihat bahwa terdapat banyak jenis sistem perekonomian yang dianut oleh suatu
negara. Namun, yang paling menonjol adalah sistem ekonomi kapitalisme dan
sosialisme. Sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem ekonomi sosialisme mulai
kehilangan eksistensinya. Dunia pun dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalisme.
Sebenarnya, kedua sistem tersebut sama-sama tidak dapat
membawa kesejahteraan bagi umat manusia, karena keduanya adalah hasil kreasi
dari manusia itu sendiri dengan segala keterbatasannya. Bisa kita lihat
berbagai kerusakan yang ditimbulkannya. Di berbagai belahan dunia banyak orang
hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan sebagian kacil lainnya hidup
berlimpah harta. Beralih dari sosialisme ke kapitalisme ibaratnya keluar dari
kandang singa masuk ke lubang buaya. Sama-sama celaka.
Sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme tersebut ialah
dua contoh dari sistem ekonomi non-Islam. Islam mengatur manusia dalam segala
aspek kehidupannya, termasuk dalam hal perekonomian. Allah SWT sebagai yang
menciptakan tentu tahu benar bagaimana cara membuat manusia tersebut sejahtera,
yaitu dengan Islam. Dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah SWT
Menganugerahkan pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah agar
manusia-manusia ciptaan-Nya terarah dalam menjalani bahtera ujian kehidupan.
Dalam berekonomi pun, umat Islam harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
Allah SWT, agar selamat dunia akhirat.
Terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dan
non-Islam. Di antaranya ialah dalam lima aspek berikut:
1. Sumber
Sistem ekonomi Islam bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah,
Ijma, Ijtihad, dan Qiyas. Jadi rujukan utamanya ialah Al-Quran. Jika tidak
ditemukan solusi atas permasalahan manusia di dalam Al-Quran, kita beralih pada
As-Sunnah yang tentunya sejalan dengan Al-Quran. Jika tidak terdapat pada
As-Sunnah, maka merujuk pada kesepakatan para ulama (Ijma), dan seterusnya.
Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan suatu hukum tersebut harus
dilakukan dengan sistematis dan sangat hati-hati.
Sedangkan sistem ekonomi non-Islam bersumber dari akal
pikiran manusia yang notabene memiliki keterbatasan. Dengan keterbatasan yang
dimilikinya, tentu sistem yang dibuat oleh manusia juga tidak lepas dari
keterbatasan.
2. Filosofi
Ditinjau dari aspek filosofi, Islam memandang manusia
sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah di muka bumi (khalifatullah),
yang dibebankan amanah untuk berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan
manusia dan kemakmuran alan. Alam adalah penopang manusia dan seluruh alam
semesta adalah kepunyaan Allah, karenanya harus dimanfaatkan dan dirawat dengan
baik. Seluruh kehidupan, termasuk dalam berekonomi berpusat pada Allah
(Ilahiyyah).
Berbeda dengan sistem ekonomi non-Islam yang memandang
manusia sebagai pusat alam semesta dan alam sebagai alat eksploitasi manusia.
Sekalipun merusak alam, apapun dilakukan asal kebutuhan manusia terpenuhi.
Menurut sistem ini, Tuhan tidak berkaitan dengan kehidupan ekonomi.
3. Motif
Perbedaan yang ketiga, yaitu motif. Motif sistem ekonomi
Islam ialah ibadah, sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku."
(Az-Zariyat, 51-56)
Secara bahasa, ibadah berarti merendahkan diri dan
tunduk. Secara istilah, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah meliputi
segala perbuatan dan perkataan; zhahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai
oleh Allah Ta'ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah
hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. jadi, dalam berekonomi pun harus
dilakukan dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam, motifnya hanya
terbatas pada memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi, sementara urusan
akhirat dikesampingkan.
4. Pandangan
terhadap harta
Kemudian ditinjau dari aspek pandangan terhadap harta.
Islam memandang harta sebagai perhiasan dunia dan ujian:
Sedangkan sistem ekonomi non-islam memandang harta
sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan tanda kesuksesan. Seseorang dipandang
sukses apabila telah kaya raya. Padahal kesuksesan tidak bisa dinilai dari
materi semata.
5. Perilaku
konsumsi, distribusi, dan produksi
Perbedaan selanjutnya yaitu dari segi perilaku konsumsi,
distribusi, dan produksi. Dalam sistem ekonomi Islam, konsumsi tidak boleh
berlebihan, secukupnya, dan seimbang, Distribusi dilakukan dengan adil dan
merata, menjamin terpenuhinya kebutuhan kaum tidak berpunya, dan produksi
berorientasi pada kuantitas dan kualitas dengan batasan.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam berorientais
pada kuantitas dan kualitas tanpa batasan, asal dapat menghasilkan keuntungan
sebesar-besarnya. Tidak peduli jika dari sana ada pihak yang terzalimi.
Setelah melihat perbedaan dari berbagai aspek antara
sistem ekonomi Islam dan non-Islam yang dipaparkan di atas, secara akal sehat
sistem ekonomi non-Islam jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem ekonomi
non-Islam. Tinggal manusia yang memilih, mana yang akan dijalankannya.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem
ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun
komunis.
Ekonomi
syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat
bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis
yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang
ekstrim.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar