Kamis, 16 Oktober 2014

dasar dasar ekonomi islam



BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari- hari manusia pasti tidak luput dari kegiatan ekonomi, namun masih banyak yang belum mengetahui transaksi ekonomi apa yang di lakukan. Karna masih banyak orang yang tidak dapat membedakan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam. Oleh karna itu makalah ini di buat untuk sedikit menjelaskan perbedaan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam seperti ekonomi konvensional, ekonomi kapitalis, dan ekonomi sosialis.
















BAB II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN SYSTEM EKONOMI ISLAM DENGAN SYSTEM EKONOMI LAIN
A.    System Ekonomi Islam Dan Sistem Ekonomi Konvensional
Sistem ekonomi Islam dan ekonomi Konvensional, ekonomi kapitalis, dan ekonomi sosialis sangatlah berbeda.Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan nilai-nilai yang mendasarinya.Perbedaan tersebut baik terletak dalam konsep maupun implementasinya dilapangan. Perbedaan aktivitas ekonomi islam dengan aktivitas ekonomi konvensional (sekuler), dapat digambarkan dalam skema seperti dibawah ini:

Description: D:\fajar\Originals\ekonomi islam.jpg
Gambar diatas menunjukkan Skema lingkaran aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional.
Ekonomi Islam tidak hanya mempelajari Individu sebagai mahluk sosial melainkan juga manusia sebagai mahluk yang religius, sedangkan dalam ekonomi konvebsional manusia sebagai mahluk sosial yang lebih mengedepankan kepentingan dan kepuasan maksimum sebagai mahluk individu.
Pada ekonomi Islam kebutuhan dan keinginan dibedakan.Manusia dalam kehidupanya dihadapkan pada kebutuhannya yang terbatas tetapi keinginannya memang tidak terbatas. Kebutuhan dan keunginan tersebut dihadapkan pada sumber daya untuk memenuhi yang bersifat langka dan bersifat alternatif.Tentang kelangkaan kelangkaan sumber daya ini telah disebutkan dal AlQuran surat Al baqarah ayat 155-157 sebagai berikut:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar genbira kepada orang-orang yang sabar;155.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa ilaihi raaji' uun"156.Mereka itulah yan mendapatka keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.157(Al Baqarah 155-157).
Mengapa Allah mengingatkan kepada manusia ancaman kelangkaan tersebut agar manusia tidak melampaui batas dalam memenuhi kebutuhannya ,seperti disebutkan dalam Asy Syuura ayat 27:
"Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada haba-hamba Nya tentulah ereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki Nya dengan ukuran.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba Nya lagi Maha Melihat"(QS Asy Syuuraa:27).
Tetapi manusia tidak perlu khawatir denga kelangkaan sumber daya tersebut karena sumber penghidupan atau rezeki bagi manusia selalu dijamin oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ar Rum ayat 40.Ayat ini dapat diartikan bahwa setiap manusia dan mahluk lainnya selalu dijamin rezekinya. Dalam ekonomi konvensional kebutuhan dan keinginan tidak dibedakan, diman keduanya bersifat tidak terbatas.Manusia dihadapkan pada keterbatasan dan kelangkaan sumber daya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya tersebut.Dengan demikian jelaslah ekonomi Islam membedakan kebutuhan dan keinginan.
Sepintas lalu mungkin tiada beda, namun jika didalami lebih jauh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Untuk mencari tahu akan hal itu dapat dimulai dengan membandingkan prinsip-prinsip dasar keduanya, kira-kira di mana persamaan dan perbedaannya.
Jika  dipetakan, semua modus ekonomi yang berlaku dalam ekonomi konvensional juga berlaku dalam ekonomi syariah, kecuali sekurangnya dalam tiga ranah berikut ini. 
Pertama, dari sisi aktor, ekonomi konvensional dan ekonomi syariah sama-sama digerakkan oleh aktivitas social, namun bedanya ekonomi syariah mempersepsikan transaksi perekonomian juga sebagai bentuk ekspresi keagamaan atau wujud religiositas. Artinya teori-teori perekonomian dideduksi pula dari wahyu, bukan berasal dari pemikiran manusia semata. Sedangkan ekonomi konvensional jelas menafikan anasir keilahian dalam modus perekonomian.
Kedua, ekonomi syariah mengandaikan peran Negara sebagai wasit yang adil. Negara dapat, bahkan harus mengintervensi pasar manakala ada ketidakseimbangan distribusi kekayaan dan sumber daya kesejahteraan, dan pada kali lain harus menarik diri dari pasar jika menghasilkan efek yang kontraproduktif. Sementara ekonomi konvensional cenderung menharamkan intervensi Negara tersebut, karena pemerataan dan keseimbangan ekonomi diserahkan pada apa yang dinamakan sebagai mekanisme pasar (invisible hand).
Ketiga, ekonomi konvensional membebaskan setiap orang untung mencari keuntungan dengan cara dan sebanyak apa pun hingga tak terbatas. Sedang ekonomi syariah hanya mengakui motif pencarian keuangan secara halal, juga memagari secara etis komoditas ekonomi yang bersifat halal. Komoditas yang haram seperti minuman keras, keuntungan judi, dan yang semacamnya mutlak tidak dibolehkan.

Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:  
Pertama, Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa berbisnis bukan semata-mata mencari penghidupan yang lebih layak di dunia, tetapi merupakan sarana beribadah kepada Allah SWT, yang tentu saja hasilnya akan dipetik di akhirat nanti.
Kedua, bisnis harus didasari kejujuran dan keadaan saling kepercayaan. Dengan kejujuran, kepercayaan akan tumbuh, dan dengannya bisnis akan berjangka panjang. Hal ini pun sebenarnya menjadi kunci dalam ekonomi konvensional, di mana kepercayaan (trust) menjadi hokum tak tertulis dalam setiap transaksi bisnis. Bedanya, ekonomi syariah sudah mempersyaratkan hal ini sebelum, saat, dan setelah transaksi dilakukan.
Ketiga, bisnis harus mempertimbangkan jangkauan masa depan umat ke depan, dilakukan secara kreatif, dan teruji dalam setiap perubahan.  Etos ini diturunkan dari sikap setiap Muslim yang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT. 
Keempat, bisnis harus dimulai lewat perencanaan dan tujuan yang jelas. Nabi Muhammad SAW selalu merencanakan pekerjaan dengan baik dan melakukannya dengan ketekunan, keuletan dan kecerdasan sehingga beliau tampil sebagai pebisnis yang sangat sukses. Tentu banyak yang sudah mendengar bahwa ketika beliau menikahi Siti Khadijah, ratusan ekor unta termasuk dalam mahar yang beliau berikan kepada istrinya itu.
Kelima, memperlakukan karyawan dengan manusiawi. Dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad SAW mengecam siapa saja yang menunda-nunda gaji karyawannya. Beliau memerintahkan agar membayar gaji karyawan sebelum keringat mereka kering.
Keenam, Nabi Mummad SAW mencontohkan perlunya sinergi dalam bisnis. Sebuah bisnis mungkin bias dijalankan dengan kekuatan modal sendiri, tetapi tentu akan lebih besar keuntungan yang didapat jika ada sinergi dengan pihak lain. Beliau cukup lama bekerja sama dengan Siti Khadijah dalam menjalankan bisnis, dan kerja sama itu menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan usaha yang jauh lebih cepat.
Ketujuh, menanamkan kasih sayang dan cinta dalam manajemen usaha, sehingga tidak ada yang terpaksa dalam menjalankan usaha. Dengan kecintaan, usaha dapat dilakukan lebih total dan segala kemampuan yang dimiliki dapat dioptimalkan.
Kedelapan, setiap usaha tidak boleh melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, sebab Dia yang telah meberikan segala karunia yang ada di dunia ini. Rasa syukur ini harus berbuah dalam bentuk ketakwaan kepada-Nya, sehingga semakin sukses usaha yang dijalani, justru semakin berlipat ibadah kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.
Kesembilan, usaha dan keuntungannya harus bermanfaat bagi orang banyak. Islam telah menggariskan bahwa sepaling baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Berpijak dari hal ini, usaha dan keuntungannya harus didistribusikan kepada pihak lain, entah itu dalam bentuk zakat, infak, maupun sedekah. Dalam konteks sekarang dikenal istilah Corporate Social Responsibility (CSR), yang juga berpijak pada asas kemanfaatan usaha.
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional untuk sekadar menjawab pernyataan bernada peyoratif yang mengatakan bahwa ekonomi syariah sebenarnya ekonomi konvensional yang diberi baju Islam. Namun, dari pemaparan singkat di atas akan kentara paradigma ekonomi keduanya sangat jauh berbeda.

B.     System Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
C.    System Ekonomi Sosialis
Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.
Dalam sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.

D.    5 Aspek Perbedaan Ekonomi Islam dengan non-Islam

Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, tentu saja tidak bisa dilakukan sembarangan dan sekehendak manusia itu sendiri. Sebab, kita mengakui bahwa tiap insan dianugerahi hawa nafsu, yang jika tidak dikendalikan maka dapat membawa kerusakan, baik kepada lingkungan maupun manusia itu sendiri. Karena itu, keberadaan suatu sistem yang mengatur bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya mutlak diperlukan.
Berbagai permasalahan ekonomi yang dialami oleh manusia, hanya dapat diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianutnya. Sistem ekonomi yaitu seperangkat aturan dan cara yang terpadu yang menjadi satu kesatuan dan digunakan dalam mencapai tujuan dalam perekonomian. Saat ini, kita melihat bahwa terdapat banyak jenis sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara. Namun, yang paling menonjol adalah sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem ekonomi sosialisme mulai kehilangan eksistensinya. Dunia pun dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalisme.
Sebenarnya, kedua sistem tersebut sama-sama tidak dapat membawa kesejahteraan bagi umat manusia, karena keduanya adalah hasil kreasi dari manusia itu sendiri dengan segala keterbatasannya. Bisa kita lihat berbagai kerusakan yang ditimbulkannya. Di berbagai belahan dunia banyak orang hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan sebagian kacil lainnya hidup berlimpah harta. Beralih dari sosialisme ke kapitalisme ibaratnya keluar dari kandang singa masuk ke lubang buaya. Sama-sama celaka.
Sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme tersebut ialah dua contoh dari sistem ekonomi non-Islam. Islam mengatur manusia dalam segala aspek kehidupannya, termasuk dalam hal perekonomian. Allah SWT sebagai yang menciptakan tentu tahu benar bagaimana cara membuat manusia tersebut sejahtera, yaitu dengan Islam. Dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah SWT Menganugerahkan pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah agar manusia-manusia ciptaan-Nya terarah dalam menjalani bahtera ujian kehidupan. Dalam berekonomi pun, umat Islam harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT, agar selamat dunia akhirat.
Terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dan non-Islam. Di antaranya ialah dalam lima aspek berikut:
1. Sumber
Sistem ekonomi Islam bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah, Ijma, Ijtihad, dan Qiyas. Jadi rujukan utamanya ialah Al-Quran. Jika tidak ditemukan solusi atas permasalahan manusia di dalam Al-Quran, kita beralih pada As-Sunnah yang tentunya sejalan dengan Al-Quran. Jika tidak terdapat pada As-Sunnah, maka merujuk pada kesepakatan para ulama (Ijma), dan seterusnya. Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan suatu hukum tersebut harus dilakukan dengan sistematis dan sangat hati-hati.
Sedangkan sistem ekonomi non-Islam bersumber dari akal pikiran manusia yang notabene memiliki keterbatasan. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, tentu sistem yang dibuat oleh manusia juga tidak lepas dari keterbatasan.
2. Filosofi
Ditinjau dari aspek filosofi, Islam memandang manusia sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah di muka bumi (khalifatullah), yang dibebankan amanah untuk berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan manusia dan kemakmuran alan. Alam adalah penopang manusia dan seluruh alam semesta adalah kepunyaan Allah, karenanya harus dimanfaatkan dan dirawat dengan baik. Seluruh kehidupan, termasuk dalam berekonomi berpusat pada Allah (Ilahiyyah).
Berbeda dengan sistem ekonomi non-Islam yang memandang manusia sebagai pusat alam semesta dan alam sebagai alat eksploitasi manusia. Sekalipun merusak alam, apapun dilakukan asal kebutuhan manusia terpenuhi. Menurut sistem ini, Tuhan tidak berkaitan dengan kehidupan ekonomi.
3. Motif
Perbedaan yang ketiga, yaitu motif. Motif sistem ekonomi Islam ialah ibadah, sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(Az-Zariyat, 51-56)
Secara bahasa, ibadah berarti merendahkan diri dan tunduk. Secara istilah, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah meliputi segala perbuatan dan perkataan; zhahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta'ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. jadi, dalam berekonomi pun harus dilakukan dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.
Sedangkan dalam  sistem ekonomi non-Islam, motifnya hanya terbatas pada memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi, sementara urusan akhirat dikesampingkan.
4. Pandangan terhadap harta
Kemudian ditinjau dari aspek pandangan terhadap harta. Islam memandang harta sebagai perhiasan dunia dan ujian:
Sedangkan sistem ekonomi non-islam memandang harta sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan tanda kesuksesan. Seseorang dipandang sukses apabila telah kaya raya. Padahal kesuksesan tidak bisa dinilai dari materi semata.
5. Perilaku konsumsi, distribusi, dan produksi
Perbedaan selanjutnya yaitu dari segi perilaku konsumsi, distribusi, dan produksi. Dalam sistem ekonomi Islam, konsumsi tidak boleh berlebihan, secukupnya, dan seimbang, Distribusi dilakukan dengan adil dan merata, menjamin terpenuhinya kebutuhan kaum tidak berpunya, dan produksi berorientasi pada kuantitas dan kualitas dengan batasan.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam berorientais pada kuantitas dan kualitas tanpa batasan, asal dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Tidak peduli jika dari sana ada pihak yang terzalimi.
Setelah melihat perbedaan dari berbagai aspek antara sistem ekonomi Islam dan non-Islam yang dipaparkan di atas, secara akal sehat sistem ekonomi non-Islam jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem ekonomi non-Islam. Tinggal manusia yang memilih, mana yang akan dijalankannya.














BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis.
Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.















BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari- hari manusia pasti tidak luput dari kegiatan ekonomi, namun masih banyak yang belum mengetahui transaksi ekonomi apa yang di lakukan. Karna masih banyak orang yang tidak dapat membedakan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam. Oleh karna itu makalah ini di buat untuk sedikit menjelaskan perbedaan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam seperti ekonomi konvensional, ekonomi kapitalis, dan ekonomi sosialis.
















BAB II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN SYSTEM EKONOMI ISLAM DENGAN SYSTEM EKONOMI LAIN
A.    System Ekonomi Islam Dan Sistem Ekonomi Konvensional
Sistem ekonomi Islam dan ekonomi Konvensional, ekonomi kapitalis, dan ekonomi sosialis sangatlah berbeda.Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan nilai-nilai yang mendasarinya.Perbedaan tersebut baik terletak dalam konsep maupun implementasinya dilapangan. Perbedaan aktivitas ekonomi islam dengan aktivitas ekonomi konvensional (sekuler), dapat digambarkan dalam skema seperti dibawah ini:

Description: D:\fajar\Originals\ekonomi islam.jpg
Gambar diatas menunjukkan Skema lingkaran aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional.
Ekonomi Islam tidak hanya mempelajari Individu sebagai mahluk sosial melainkan juga manusia sebagai mahluk yang religius, sedangkan dalam ekonomi konvebsional manusia sebagai mahluk sosial yang lebih mengedepankan kepentingan dan kepuasan maksimum sebagai mahluk individu.
Pada ekonomi Islam kebutuhan dan keinginan dibedakan.Manusia dalam kehidupanya dihadapkan pada kebutuhannya yang terbatas tetapi keinginannya memang tidak terbatas. Kebutuhan dan keunginan tersebut dihadapkan pada sumber daya untuk memenuhi yang bersifat langka dan bersifat alternatif.Tentang kelangkaan kelangkaan sumber daya ini telah disebutkan dal AlQuran surat Al baqarah ayat 155-157 sebagai berikut:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar genbira kepada orang-orang yang sabar;155.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa ilaihi raaji' uun"156.Mereka itulah yan mendapatka keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.157(Al Baqarah 155-157).
Mengapa Allah mengingatkan kepada manusia ancaman kelangkaan tersebut agar manusia tidak melampaui batas dalam memenuhi kebutuhannya ,seperti disebutkan dalam Asy Syuura ayat 27:
"Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada haba-hamba Nya tentulah ereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki Nya dengan ukuran.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba Nya lagi Maha Melihat"(QS Asy Syuuraa:27).
Tetapi manusia tidak perlu khawatir denga kelangkaan sumber daya tersebut karena sumber penghidupan atau rezeki bagi manusia selalu dijamin oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ar Rum ayat 40.Ayat ini dapat diartikan bahwa setiap manusia dan mahluk lainnya selalu dijamin rezekinya. Dalam ekonomi konvensional kebutuhan dan keinginan tidak dibedakan, diman keduanya bersifat tidak terbatas.Manusia dihadapkan pada keterbatasan dan kelangkaan sumber daya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya tersebut.Dengan demikian jelaslah ekonomi Islam membedakan kebutuhan dan keinginan.
Sepintas lalu mungkin tiada beda, namun jika didalami lebih jauh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Untuk mencari tahu akan hal itu dapat dimulai dengan membandingkan prinsip-prinsip dasar keduanya, kira-kira di mana persamaan dan perbedaannya.
Jika  dipetakan, semua modus ekonomi yang berlaku dalam ekonomi konvensional juga berlaku dalam ekonomi syariah, kecuali sekurangnya dalam tiga ranah berikut ini. 
Pertama, dari sisi aktor, ekonomi konvensional dan ekonomi syariah sama-sama digerakkan oleh aktivitas social, namun bedanya ekonomi syariah mempersepsikan transaksi perekonomian juga sebagai bentuk ekspresi keagamaan atau wujud religiositas. Artinya teori-teori perekonomian dideduksi pula dari wahyu, bukan berasal dari pemikiran manusia semata. Sedangkan ekonomi konvensional jelas menafikan anasir keilahian dalam modus perekonomian.
Kedua, ekonomi syariah mengandaikan peran Negara sebagai wasit yang adil. Negara dapat, bahkan harus mengintervensi pasar manakala ada ketidakseimbangan distribusi kekayaan dan sumber daya kesejahteraan, dan pada kali lain harus menarik diri dari pasar jika menghasilkan efek yang kontraproduktif. Sementara ekonomi konvensional cenderung menharamkan intervensi Negara tersebut, karena pemerataan dan keseimbangan ekonomi diserahkan pada apa yang dinamakan sebagai mekanisme pasar (invisible hand).
Ketiga, ekonomi konvensional membebaskan setiap orang untung mencari keuntungan dengan cara dan sebanyak apa pun hingga tak terbatas. Sedang ekonomi syariah hanya mengakui motif pencarian keuangan secara halal, juga memagari secara etis komoditas ekonomi yang bersifat halal. Komoditas yang haram seperti minuman keras, keuntungan judi, dan yang semacamnya mutlak tidak dibolehkan.

Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:  
Pertama, Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa berbisnis bukan semata-mata mencari penghidupan yang lebih layak di dunia, tetapi merupakan sarana beribadah kepada Allah SWT, yang tentu saja hasilnya akan dipetik di akhirat nanti.
Kedua, bisnis harus didasari kejujuran dan keadaan saling kepercayaan. Dengan kejujuran, kepercayaan akan tumbuh, dan dengannya bisnis akan berjangka panjang. Hal ini pun sebenarnya menjadi kunci dalam ekonomi konvensional, di mana kepercayaan (trust) menjadi hokum tak tertulis dalam setiap transaksi bisnis. Bedanya, ekonomi syariah sudah mempersyaratkan hal ini sebelum, saat, dan setelah transaksi dilakukan.
Ketiga, bisnis harus mempertimbangkan jangkauan masa depan umat ke depan, dilakukan secara kreatif, dan teruji dalam setiap perubahan.  Etos ini diturunkan dari sikap setiap Muslim yang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT. 
Keempat, bisnis harus dimulai lewat perencanaan dan tujuan yang jelas. Nabi Muhammad SAW selalu merencanakan pekerjaan dengan baik dan melakukannya dengan ketekunan, keuletan dan kecerdasan sehingga beliau tampil sebagai pebisnis yang sangat sukses. Tentu banyak yang sudah mendengar bahwa ketika beliau menikahi Siti Khadijah, ratusan ekor unta termasuk dalam mahar yang beliau berikan kepada istrinya itu.
Kelima, memperlakukan karyawan dengan manusiawi. Dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad SAW mengecam siapa saja yang menunda-nunda gaji karyawannya. Beliau memerintahkan agar membayar gaji karyawan sebelum keringat mereka kering.
Keenam, Nabi Mummad SAW mencontohkan perlunya sinergi dalam bisnis. Sebuah bisnis mungkin bias dijalankan dengan kekuatan modal sendiri, tetapi tentu akan lebih besar keuntungan yang didapat jika ada sinergi dengan pihak lain. Beliau cukup lama bekerja sama dengan Siti Khadijah dalam menjalankan bisnis, dan kerja sama itu menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan usaha yang jauh lebih cepat.
Ketujuh, menanamkan kasih sayang dan cinta dalam manajemen usaha, sehingga tidak ada yang terpaksa dalam menjalankan usaha. Dengan kecintaan, usaha dapat dilakukan lebih total dan segala kemampuan yang dimiliki dapat dioptimalkan.
Kedelapan, setiap usaha tidak boleh melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, sebab Dia yang telah meberikan segala karunia yang ada di dunia ini. Rasa syukur ini harus berbuah dalam bentuk ketakwaan kepada-Nya, sehingga semakin sukses usaha yang dijalani, justru semakin berlipat ibadah kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.
Kesembilan, usaha dan keuntungannya harus bermanfaat bagi orang banyak. Islam telah menggariskan bahwa sepaling baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Berpijak dari hal ini, usaha dan keuntungannya harus didistribusikan kepada pihak lain, entah itu dalam bentuk zakat, infak, maupun sedekah. Dalam konteks sekarang dikenal istilah Corporate Social Responsibility (CSR), yang juga berpijak pada asas kemanfaatan usaha.
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional untuk sekadar menjawab pernyataan bernada peyoratif yang mengatakan bahwa ekonomi syariah sebenarnya ekonomi konvensional yang diberi baju Islam. Namun, dari pemaparan singkat di atas akan kentara paradigma ekonomi keduanya sangat jauh berbeda.

B.     System Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
C.    System Ekonomi Sosialis
Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.
Dalam sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.

D.    5 Aspek Perbedaan Ekonomi Islam dengan non-Islam

Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, tentu saja tidak bisa dilakukan sembarangan dan sekehendak manusia itu sendiri. Sebab, kita mengakui bahwa tiap insan dianugerahi hawa nafsu, yang jika tidak dikendalikan maka dapat membawa kerusakan, baik kepada lingkungan maupun manusia itu sendiri. Karena itu, keberadaan suatu sistem yang mengatur bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya mutlak diperlukan.
Berbagai permasalahan ekonomi yang dialami oleh manusia, hanya dapat diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianutnya. Sistem ekonomi yaitu seperangkat aturan dan cara yang terpadu yang menjadi satu kesatuan dan digunakan dalam mencapai tujuan dalam perekonomian. Saat ini, kita melihat bahwa terdapat banyak jenis sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara. Namun, yang paling menonjol adalah sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem ekonomi sosialisme mulai kehilangan eksistensinya. Dunia pun dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalisme.
Sebenarnya, kedua sistem tersebut sama-sama tidak dapat membawa kesejahteraan bagi umat manusia, karena keduanya adalah hasil kreasi dari manusia itu sendiri dengan segala keterbatasannya. Bisa kita lihat berbagai kerusakan yang ditimbulkannya. Di berbagai belahan dunia banyak orang hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan sebagian kacil lainnya hidup berlimpah harta. Beralih dari sosialisme ke kapitalisme ibaratnya keluar dari kandang singa masuk ke lubang buaya. Sama-sama celaka.
Sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme tersebut ialah dua contoh dari sistem ekonomi non-Islam. Islam mengatur manusia dalam segala aspek kehidupannya, termasuk dalam hal perekonomian. Allah SWT sebagai yang menciptakan tentu tahu benar bagaimana cara membuat manusia tersebut sejahtera, yaitu dengan Islam. Dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah SWT Menganugerahkan pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah agar manusia-manusia ciptaan-Nya terarah dalam menjalani bahtera ujian kehidupan. Dalam berekonomi pun, umat Islam harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT, agar selamat dunia akhirat.
Terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dan non-Islam. Di antaranya ialah dalam lima aspek berikut:
1. Sumber
Sistem ekonomi Islam bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah, Ijma, Ijtihad, dan Qiyas. Jadi rujukan utamanya ialah Al-Quran. Jika tidak ditemukan solusi atas permasalahan manusia di dalam Al-Quran, kita beralih pada As-Sunnah yang tentunya sejalan dengan Al-Quran. Jika tidak terdapat pada As-Sunnah, maka merujuk pada kesepakatan para ulama (Ijma), dan seterusnya. Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan suatu hukum tersebut harus dilakukan dengan sistematis dan sangat hati-hati.
Sedangkan sistem ekonomi non-Islam bersumber dari akal pikiran manusia yang notabene memiliki keterbatasan. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, tentu sistem yang dibuat oleh manusia juga tidak lepas dari keterbatasan.
2. Filosofi
Ditinjau dari aspek filosofi, Islam memandang manusia sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah di muka bumi (khalifatullah), yang dibebankan amanah untuk berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan manusia dan kemakmuran alan. Alam adalah penopang manusia dan seluruh alam semesta adalah kepunyaan Allah, karenanya harus dimanfaatkan dan dirawat dengan baik. Seluruh kehidupan, termasuk dalam berekonomi berpusat pada Allah (Ilahiyyah).
Berbeda dengan sistem ekonomi non-Islam yang memandang manusia sebagai pusat alam semesta dan alam sebagai alat eksploitasi manusia. Sekalipun merusak alam, apapun dilakukan asal kebutuhan manusia terpenuhi. Menurut sistem ini, Tuhan tidak berkaitan dengan kehidupan ekonomi.
3. Motif
Perbedaan yang ketiga, yaitu motif. Motif sistem ekonomi Islam ialah ibadah, sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(Az-Zariyat, 51-56)
Secara bahasa, ibadah berarti merendahkan diri dan tunduk. Secara istilah, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah meliputi segala perbuatan dan perkataan; zhahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta'ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. jadi, dalam berekonomi pun harus dilakukan dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.
Sedangkan dalam  sistem ekonomi non-Islam, motifnya hanya terbatas pada memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi, sementara urusan akhirat dikesampingkan.
4. Pandangan terhadap harta
Kemudian ditinjau dari aspek pandangan terhadap harta. Islam memandang harta sebagai perhiasan dunia dan ujian:
Sedangkan sistem ekonomi non-islam memandang harta sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan tanda kesuksesan. Seseorang dipandang sukses apabila telah kaya raya. Padahal kesuksesan tidak bisa dinilai dari materi semata.
5. Perilaku konsumsi, distribusi, dan produksi
Perbedaan selanjutnya yaitu dari segi perilaku konsumsi, distribusi, dan produksi. Dalam sistem ekonomi Islam, konsumsi tidak boleh berlebihan, secukupnya, dan seimbang, Distribusi dilakukan dengan adil dan merata, menjamin terpenuhinya kebutuhan kaum tidak berpunya, dan produksi berorientasi pada kuantitas dan kualitas dengan batasan.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam berorientais pada kuantitas dan kualitas tanpa batasan, asal dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Tidak peduli jika dari sana ada pihak yang terzalimi.
Setelah melihat perbedaan dari berbagai aspek antara sistem ekonomi Islam dan non-Islam yang dipaparkan di atas, secara akal sehat sistem ekonomi non-Islam jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem ekonomi non-Islam. Tinggal manusia yang memilih, mana yang akan dijalankannya.














BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis.
Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.















BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari- hari manusia pasti tidak luput dari kegiatan ekonomi, namun masih banyak yang belum mengetahui transaksi ekonomi apa yang di lakukan. Karna masih banyak orang yang tidak dapat membedakan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam. Oleh karna itu makalah ini di buat untuk sedikit menjelaskan perbedaan system ekonomi islam dengan system ekonomi non islam seperti ekonomi konvensional, ekonomi kapitalis, dan ekonomi sosialis.
















BAB II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN SYSTEM EKONOMI ISLAM DENGAN SYSTEM EKONOMI LAIN
A.    System Ekonomi Islam Dan Sistem Ekonomi Konvensional
Sistem ekonomi Islam dan ekonomi Konvensional, ekonomi kapitalis, dan ekonomi sosialis sangatlah berbeda.Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan nilai-nilai yang mendasarinya.Perbedaan tersebut baik terletak dalam konsep maupun implementasinya dilapangan. Perbedaan aktivitas ekonomi islam dengan aktivitas ekonomi konvensional (sekuler), dapat digambarkan dalam skema seperti dibawah ini:

Description: D:\fajar\Originals\ekonomi islam.jpg
Gambar diatas menunjukkan Skema lingkaran aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional.
Ekonomi Islam tidak hanya mempelajari Individu sebagai mahluk sosial melainkan juga manusia sebagai mahluk yang religius, sedangkan dalam ekonomi konvebsional manusia sebagai mahluk sosial yang lebih mengedepankan kepentingan dan kepuasan maksimum sebagai mahluk individu.
Pada ekonomi Islam kebutuhan dan keinginan dibedakan.Manusia dalam kehidupanya dihadapkan pada kebutuhannya yang terbatas tetapi keinginannya memang tidak terbatas. Kebutuhan dan keunginan tersebut dihadapkan pada sumber daya untuk memenuhi yang bersifat langka dan bersifat alternatif.Tentang kelangkaan kelangkaan sumber daya ini telah disebutkan dal AlQuran surat Al baqarah ayat 155-157 sebagai berikut:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar genbira kepada orang-orang yang sabar;155.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa ilaihi raaji' uun"156.Mereka itulah yan mendapatka keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.157(Al Baqarah 155-157).
Mengapa Allah mengingatkan kepada manusia ancaman kelangkaan tersebut agar manusia tidak melampaui batas dalam memenuhi kebutuhannya ,seperti disebutkan dalam Asy Syuura ayat 27:
"Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada haba-hamba Nya tentulah ereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki Nya dengan ukuran.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba Nya lagi Maha Melihat"(QS Asy Syuuraa:27).
Tetapi manusia tidak perlu khawatir denga kelangkaan sumber daya tersebut karena sumber penghidupan atau rezeki bagi manusia selalu dijamin oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ar Rum ayat 40.Ayat ini dapat diartikan bahwa setiap manusia dan mahluk lainnya selalu dijamin rezekinya. Dalam ekonomi konvensional kebutuhan dan keinginan tidak dibedakan, diman keduanya bersifat tidak terbatas.Manusia dihadapkan pada keterbatasan dan kelangkaan sumber daya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya tersebut.Dengan demikian jelaslah ekonomi Islam membedakan kebutuhan dan keinginan.
Sepintas lalu mungkin tiada beda, namun jika didalami lebih jauh, terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Untuk mencari tahu akan hal itu dapat dimulai dengan membandingkan prinsip-prinsip dasar keduanya, kira-kira di mana persamaan dan perbedaannya.
Jika  dipetakan, semua modus ekonomi yang berlaku dalam ekonomi konvensional juga berlaku dalam ekonomi syariah, kecuali sekurangnya dalam tiga ranah berikut ini. 
Pertama, dari sisi aktor, ekonomi konvensional dan ekonomi syariah sama-sama digerakkan oleh aktivitas social, namun bedanya ekonomi syariah mempersepsikan transaksi perekonomian juga sebagai bentuk ekspresi keagamaan atau wujud religiositas. Artinya teori-teori perekonomian dideduksi pula dari wahyu, bukan berasal dari pemikiran manusia semata. Sedangkan ekonomi konvensional jelas menafikan anasir keilahian dalam modus perekonomian.
Kedua, ekonomi syariah mengandaikan peran Negara sebagai wasit yang adil. Negara dapat, bahkan harus mengintervensi pasar manakala ada ketidakseimbangan distribusi kekayaan dan sumber daya kesejahteraan, dan pada kali lain harus menarik diri dari pasar jika menghasilkan efek yang kontraproduktif. Sementara ekonomi konvensional cenderung menharamkan intervensi Negara tersebut, karena pemerataan dan keseimbangan ekonomi diserahkan pada apa yang dinamakan sebagai mekanisme pasar (invisible hand).
Ketiga, ekonomi konvensional membebaskan setiap orang untung mencari keuntungan dengan cara dan sebanyak apa pun hingga tak terbatas. Sedang ekonomi syariah hanya mengakui motif pencarian keuangan secara halal, juga memagari secara etis komoditas ekonomi yang bersifat halal. Komoditas yang haram seperti minuman keras, keuntungan judi, dan yang semacamnya mutlak tidak dibolehkan.

Berkaca pada beberapa poin tersebut, kentara sekali perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Untuk mengetahui perbedaan prinsip tersebut dalam praktiknya, barangkali dapat disimak beberapa kunci sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, yang termuat di dalam buku berjudul 99 Great Ways; Menjadi Pengusaha Muslim Sukses sebagai berikut, yaitu:  
Pertama, Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa berbisnis bukan semata-mata mencari penghidupan yang lebih layak di dunia, tetapi merupakan sarana beribadah kepada Allah SWT, yang tentu saja hasilnya akan dipetik di akhirat nanti.
Kedua, bisnis harus didasari kejujuran dan keadaan saling kepercayaan. Dengan kejujuran, kepercayaan akan tumbuh, dan dengannya bisnis akan berjangka panjang. Hal ini pun sebenarnya menjadi kunci dalam ekonomi konvensional, di mana kepercayaan (trust) menjadi hokum tak tertulis dalam setiap transaksi bisnis. Bedanya, ekonomi syariah sudah mempersyaratkan hal ini sebelum, saat, dan setelah transaksi dilakukan.
Ketiga, bisnis harus mempertimbangkan jangkauan masa depan umat ke depan, dilakukan secara kreatif, dan teruji dalam setiap perubahan.  Etos ini diturunkan dari sikap setiap Muslim yang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT. 
Keempat, bisnis harus dimulai lewat perencanaan dan tujuan yang jelas. Nabi Muhammad SAW selalu merencanakan pekerjaan dengan baik dan melakukannya dengan ketekunan, keuletan dan kecerdasan sehingga beliau tampil sebagai pebisnis yang sangat sukses. Tentu banyak yang sudah mendengar bahwa ketika beliau menikahi Siti Khadijah, ratusan ekor unta termasuk dalam mahar yang beliau berikan kepada istrinya itu.
Kelima, memperlakukan karyawan dengan manusiawi. Dalam salah satu hadisnya, Nabi Muhammad SAW mengecam siapa saja yang menunda-nunda gaji karyawannya. Beliau memerintahkan agar membayar gaji karyawan sebelum keringat mereka kering.
Keenam, Nabi Mummad SAW mencontohkan perlunya sinergi dalam bisnis. Sebuah bisnis mungkin bias dijalankan dengan kekuatan modal sendiri, tetapi tentu akan lebih besar keuntungan yang didapat jika ada sinergi dengan pihak lain. Beliau cukup lama bekerja sama dengan Siti Khadijah dalam menjalankan bisnis, dan kerja sama itu menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan usaha yang jauh lebih cepat.
Ketujuh, menanamkan kasih sayang dan cinta dalam manajemen usaha, sehingga tidak ada yang terpaksa dalam menjalankan usaha. Dengan kecintaan, usaha dapat dilakukan lebih total dan segala kemampuan yang dimiliki dapat dioptimalkan.
Kedelapan, setiap usaha tidak boleh melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, sebab Dia yang telah meberikan segala karunia yang ada di dunia ini. Rasa syukur ini harus berbuah dalam bentuk ketakwaan kepada-Nya, sehingga semakin sukses usaha yang dijalani, justru semakin berlipat ibadah kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.
Kesembilan, usaha dan keuntungannya harus bermanfaat bagi orang banyak. Islam telah menggariskan bahwa sepaling baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Berpijak dari hal ini, usaha dan keuntungannya harus didistribusikan kepada pihak lain, entah itu dalam bentuk zakat, infak, maupun sedekah. Dalam konteks sekarang dikenal istilah Corporate Social Responsibility (CSR), yang juga berpijak pada asas kemanfaatan usaha.
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perbedaan antara modus ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional untuk sekadar menjawab pernyataan bernada peyoratif yang mengatakan bahwa ekonomi syariah sebenarnya ekonomi konvensional yang diberi baju Islam. Namun, dari pemaparan singkat di atas akan kentara paradigma ekonomi keduanya sangat jauh berbeda.

B.     System Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
C.    System Ekonomi Sosialis
Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.
Dalam sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.

D.    5 Aspek Perbedaan Ekonomi Islam dengan non-Islam

Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, tentu saja tidak bisa dilakukan sembarangan dan sekehendak manusia itu sendiri. Sebab, kita mengakui bahwa tiap insan dianugerahi hawa nafsu, yang jika tidak dikendalikan maka dapat membawa kerusakan, baik kepada lingkungan maupun manusia itu sendiri. Karena itu, keberadaan suatu sistem yang mengatur bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya mutlak diperlukan.
Berbagai permasalahan ekonomi yang dialami oleh manusia, hanya dapat diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianutnya. Sistem ekonomi yaitu seperangkat aturan dan cara yang terpadu yang menjadi satu kesatuan dan digunakan dalam mencapai tujuan dalam perekonomian. Saat ini, kita melihat bahwa terdapat banyak jenis sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara. Namun, yang paling menonjol adalah sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem ekonomi sosialisme mulai kehilangan eksistensinya. Dunia pun dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalisme.
Sebenarnya, kedua sistem tersebut sama-sama tidak dapat membawa kesejahteraan bagi umat manusia, karena keduanya adalah hasil kreasi dari manusia itu sendiri dengan segala keterbatasannya. Bisa kita lihat berbagai kerusakan yang ditimbulkannya. Di berbagai belahan dunia banyak orang hidup di bawah garis kemiskinan sedangkan sebagian kacil lainnya hidup berlimpah harta. Beralih dari sosialisme ke kapitalisme ibaratnya keluar dari kandang singa masuk ke lubang buaya. Sama-sama celaka.
Sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme tersebut ialah dua contoh dari sistem ekonomi non-Islam. Islam mengatur manusia dalam segala aspek kehidupannya, termasuk dalam hal perekonomian. Allah SWT sebagai yang menciptakan tentu tahu benar bagaimana cara membuat manusia tersebut sejahtera, yaitu dengan Islam. Dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya, Allah SWT Menganugerahkan pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah agar manusia-manusia ciptaan-Nya terarah dalam menjalani bahtera ujian kehidupan. Dalam berekonomi pun, umat Islam harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT, agar selamat dunia akhirat.
Terdapat perbedaan antara sistem ekonomi Islam dan non-Islam. Di antaranya ialah dalam lima aspek berikut:
1. Sumber
Sistem ekonomi Islam bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah, Ijma, Ijtihad, dan Qiyas. Jadi rujukan utamanya ialah Al-Quran. Jika tidak ditemukan solusi atas permasalahan manusia di dalam Al-Quran, kita beralih pada As-Sunnah yang tentunya sejalan dengan Al-Quran. Jika tidak terdapat pada As-Sunnah, maka merujuk pada kesepakatan para ulama (Ijma), dan seterusnya. Langkah-langkah yang diambil dalam menetapkan suatu hukum tersebut harus dilakukan dengan sistematis dan sangat hati-hati.
Sedangkan sistem ekonomi non-Islam bersumber dari akal pikiran manusia yang notabene memiliki keterbatasan. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, tentu sistem yang dibuat oleh manusia juga tidak lepas dari keterbatasan.
2. Filosofi
Ditinjau dari aspek filosofi, Islam memandang manusia sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah di muka bumi (khalifatullah), yang dibebankan amanah untuk berusaha semaksimal mungkin untuk kesejahteraan manusia dan kemakmuran alan. Alam adalah penopang manusia dan seluruh alam semesta adalah kepunyaan Allah, karenanya harus dimanfaatkan dan dirawat dengan baik. Seluruh kehidupan, termasuk dalam berekonomi berpusat pada Allah (Ilahiyyah).
Berbeda dengan sistem ekonomi non-Islam yang memandang manusia sebagai pusat alam semesta dan alam sebagai alat eksploitasi manusia. Sekalipun merusak alam, apapun dilakukan asal kebutuhan manusia terpenuhi. Menurut sistem ini, Tuhan tidak berkaitan dengan kehidupan ekonomi.
3. Motif
Perbedaan yang ketiga, yaitu motif. Motif sistem ekonomi Islam ialah ibadah, sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(Az-Zariyat, 51-56)
Secara bahasa, ibadah berarti merendahkan diri dan tunduk. Secara istilah, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah meliputi segala perbuatan dan perkataan; zhahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta'ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. jadi, dalam berekonomi pun harus dilakukan dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.
Sedangkan dalam  sistem ekonomi non-Islam, motifnya hanya terbatas pada memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi, sementara urusan akhirat dikesampingkan.
4. Pandangan terhadap harta
Kemudian ditinjau dari aspek pandangan terhadap harta. Islam memandang harta sebagai perhiasan dunia dan ujian:
Sedangkan sistem ekonomi non-islam memandang harta sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan tanda kesuksesan. Seseorang dipandang sukses apabila telah kaya raya. Padahal kesuksesan tidak bisa dinilai dari materi semata.
5. Perilaku konsumsi, distribusi, dan produksi
Perbedaan selanjutnya yaitu dari segi perilaku konsumsi, distribusi, dan produksi. Dalam sistem ekonomi Islam, konsumsi tidak boleh berlebihan, secukupnya, dan seimbang, Distribusi dilakukan dengan adil dan merata, menjamin terpenuhinya kebutuhan kaum tidak berpunya, dan produksi berorientasi pada kuantitas dan kualitas dengan batasan.
Sedangkan dalam sistem ekonomi non-Islam berorientais pada kuantitas dan kualitas tanpa batasan, asal dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Tidak peduli jika dari sana ada pihak yang terzalimi.
Setelah melihat perbedaan dari berbagai aspek antara sistem ekonomi Islam dan non-Islam yang dipaparkan di atas, secara akal sehat sistem ekonomi non-Islam jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem ekonomi non-Islam. Tinggal manusia yang memilih, mana yang akan dijalankannya.














BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis.
Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim.
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar